Santri Darussalam Tegal Rejo-Pelita Jaya Upacara HUT RI ala Pesantren: Peserta Hingga Inspektur, Semua Sarungan
Santri Darussalam Tegal Rejo-Pelita Jaya Upacara HUT RI ala Pesantren: Peserta Hingga Inspektur, Semua Sarungan
Beragam cara untuk merayakan Hari kemerdekaan ke-71 Indonesia. Seperti halnya yang digelar ribuan santri di Pondok Pesantren Darussalam Tegal Rejo Desa Pelita Jaya Kecamatan Belitang Madang Raya Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan Rabu (17/8).
Mengenakan pakaian ala santri, mereka menggelar upacara bendera di lapangan yang berada di depan Gedung Pondok Pesantren. Santri putra tampak menggunakan baju putih polos dan sarung serta kopiah, demikian juga dengan santri putri yang mengenakan jilbab lengkap. Sebagian santri putri bahkan menggunakan pakaian yang bernuansa merah putih. Ratusan santri itu terlihat antusias dan telah bersiap sejak pagi. “76 tahun Indonesia merdeka adalah pengorbanan para Pejuang Kemerdekaan yang merelakan darah dan nyawanya demi Kemerdekaan Bangsa dan tanah Air tercinta.
Rois Akbar NU Hadratus Syech KH. Hasyim As’Ari telah mengobarkan semangat perjuangan para Ulama dan Santri untuk bahu membahu berjuang dalam merebut Kemerdekaan yang terkenal dengan Resolusi Jihad, Hubul Wathon Minal Iman ‘Cinta Tanah Air sebagian dari Iman’ ini yang kita tanamkan sejak dini pada seluruh santri,” kata inspektur upacara Gus Huda yang juga Pengurus pondok pesantren tersebut. Beliau mengatakan, Pondok Pesantren Darussalam Tegal Rejo Desa Pelita Jaya yang berdiri sejak tahun 2002 ikut berperan dalam membangun watak dan karakter santri untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Peran para Ulama', kyai, Ustadz, guru ngaji dan para santri tidak dapat dipungkiri sebagai bentuk nyata dari kecintaan pada tanah air.
“Kita lahir tumbuh dan besar di Indonesia, kita makan dan minum dari tanah dan air Indonesia dan kita mati dan meninggal insyaallah di makamkan di tanah Indonesia,” tambah Beliau. Dia pun menegaskan bahwa wajib hukumnya menjaga keutuhan tanah NKRI. Siapapun yang tidak setuju dengan NKRI harus pergi dari Indonesia, bagi kaum pesantren NKRI adalah hasil final dan Marga mati. “Kaum santri mempunyai sejarah perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Jiwa dan semangat juang ini ingin kami teruskan kepada santri-santri masa kini. Santri itu kan kepanjanganya, Satukan Amanat Nusantara Terhadap Republik Indonesia, menjaga tradisi dengan mengaji, menjaga NKRI dengan mengabdi,” pungkasnya.