Inilah Nasab Syech Ahmad Jauhari Umar Sang Pengarang Kitab Manaqib Jawahirul Ma'ani
KELAHIRAN Syekh Ahmad
Jauhari Umar dilahirkan pada hari Jum’at legi tanggal 17 Agustus 1945 jam 02.00
malam, di Dukuh Nepen Desa Krecek kecamatan Pare Kediri Jawa Timur. Beliau
merupakan putra bungsu dari KH. Muhammad Ishaq.
Nasab Syekh
Ahmad Jauhari Umar dari jalur sang ayah, beliau masih keturunan Sultan
Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, sedangkan dari sang ibu beliau masih keturunan
KH. Hasan Besari Tegal Sari Ponorogo Jawa Timur yang juga masih keturunan Sunan
Kalijogo.
NASAB
Silsilah
Syekh Ahmad Jauhari Umar dari ayah beliau sebagai berikut :
- Syaikh
Ahmad Jauhari Umar bin
- H.
Thohir/Muhammad Ishaq bin
- Umarudin
bin
- Tubagus
Umar bin
- AbduLlah
Kyai Mojo bin
- Abu
Ma’ali Zakariya bin
- Abu
Mafakhir Ahmad Mahmud Abdul qadir bin
- Maulana
Muhammad Nasiruddin bin
- Maulana
Yufus bin
- Hasanuddin
Banten bin
- HidayatuLlah
Sunan Gunung Jati bin
- AbduLlah
Imamuddin bin
- Ali
Nurul ‘Alam bin
- Jamaluddin
Akbar bin
- Jalaluddin
Syad bin
- AbduLlah
Khon bin
- Abdul
Malik Al-Muhajir Al-Hindi bin
- Ali
Hadzramaut bin
- Muhammad
Shahib Al-Mirbath bin
- Ali
Khola’ Qasim bin
- Alwi
bin UbaidiLlah bin
- Ahmad
Al-Muhajir bin
- Isa
Syakir bin
- Muhammad
Naqib bin
- Ali
Uraidzi bin
- Ja’far
As-Shadiq bin
- Muhammad
Al-Baqir bin
- Imam
Ali Zainal Abidin bin
- Imam
Husain bin
- Sayyidatina
Fatimah Az-Zahra binti
- Sayyidina
Muhammad RasuluLlah SAW.
Silsilah
Syekh Ahmad Jauhari Umar dari jalur Ibu :
- Syekh
Ahmad Jauhari Umar bin
- KH.
Thahir bin/Moh Ishaq bin
- Umarudin
bin
- Tuba
bin
- H.
Muhammad Nur Qesesi bin
- Pangeran
Bahurekso bin
- Syekh
Nurul Anam bin
- Pangeran
Cempluk bin
- Pangeran
Nawa bin
- Pangeran
Arya Mangir bin
- Pangeran
Pahisan bin
- Syekh
Muhyidin Pamijahan bin
- Ratu
Trowulan bin
- Ratu
Ta’najiyah bin
- Pangeran
Trowulan Wirocondro bin
- Sulthan
AbduRrahman Campa bin
- Raden
rahmat Sunan Ampel bin
- Maulana
Malik Ibrahim bin
- Jalaluddin
bin
- Jamaludin
Husen bin
- AbduLlah
Khon bin
- Amir
Abdul Malik bin
- Ali
Al-Anam bin
- Alwi
Al-Yamani bin
- Muhammad
Mu’ti Duwailah bin
- Alwi
bin
- Ali
Khola’ Qasim bin
- Muhammad
Shahib Al-Mirbath bin
- Ali
Ba’lawi bin
- Muhammad
Faqih Al-Muqaddam bin
- AbduLlah
AL-Yamani bin
- Muhammad
Muhajir bin
- ‘Isa
Naqib Al-basyri bin
- Muhammad
Naqib Ar-Ruumi bin
- Ali
Uraidzi bin
- Ja’far
Shadiq bin
- Muhammad
Al-baqir bin
- Ali
Zainal Abidin bin
- Husein
As-Sibthi bin
- Sayyidatinaa
Fatimah Az-Zahra bin
- Sayyidina
Muhammad RasuluLlah SAW.
PENDIDIKAN
Pada masa
kecil Syekh Ahmad Jauhari Umar dididik oleh ayahanda sendiri dengan disiplin
pendidikan yang ketat dan sangat keras. Diantaranya adalah menghafal kitab
taqrib dan maknanya dan mempelajari tafsir al-Qur’an baik makna maupun nasakh
mansukhnya.
Masih
diantara kedisiplinan ayah beliau dalam mendidik adalah Syekh Ahmad Jauhari
Umar tidak diperkenankan berteman dengan anak-anak tetangga dengan tujuan
supaya Syekh Ahmad Jauhari Umar tidak mengikuit kebiasaan yang tidak baik yang
dilakukan oleh anak-anak tetangga. Syaikh Ahmad Jauhari Umar dilarang merokok
dan menonton hiburan seperti orkes, Wayang, ludruk danlain-lain, dan tidak pula
boleh meminum kopi dan makan diwarung.
Pada usia 11
tahun Syekh Ahmad Jauhari Umar sudah mengkhatamkan Al-Qur’an semua itu berkat
kegigihan dan disiplin ayah beliau dalam mendidik dan membimbing. Orang tua
Syekh Ahmad Jauhari Umar memang terkenal cinta kepada para alim ulama terutama
mereka yang memiliki barakah dan karamah. Ayah beliau berpesan kepada Syekh
Ahmad Jauhari Umar agar selalu menghormati para ulama.
Jika sowan
(berkunjung) kepada para ulama supaya selalu memberi uang atau jajan
(oleh-oleh). Pesan ayahanda tersebut dilaksanakan oleh beliau, dan semua ulama
yang pernah diambil manfaat ilmunya mulai dari Kiai Syufa’at Blok Agung
Banyuwangi hingga KH. Dimyathi Pandegelang Banten, semuanya pernah diberi uang
atau jajan oleh Syekh Ahmad Jauhari Umar.
MENDIRIKAN PESANTREN
Setelah
menikah, Syekh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rizki oleh Allah SWT
sebanyak Rp.11.000 sampai beliau dapat membangun masjid. Selesai membangun
masjid, Syaikh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rezeki oleh Allah sebanyak
Rp. 25.000 hingga beliau membangun rumah dan Pondok Pesantren.
Setelah
membangun rumah dan Pondok Pesantren, Syekh Ahmad Jauhari Umar tiap hari diberi
rezeki oleh Allah SWT sebanyak Rp.35.000 hingga beliau ibadah haji yang
kedua kalinya bersama putra beliau Abdul Halim dan isteri beliau Musalihatun
pada tahun 1993.
Setelah
beliau melaksanakan ibadah haji yang kedua kalinya pada tahun 1993,
Syekh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rizki oleh Allah sebanyak Rp 50.000
hingga tahun 1995 M. Setelah Syekh Ahmad Jauhari Umar melaksanakan ibadah haji yang
ketiga kalinya bersama putera beliau Abdul Hamid dan Ali Khazim, Syekh Ahmad
Jauhari Umar setiap hari diberi rezeki oleh Allah sebanyak Rp. 75.000 hingga
tahun 1997.
Setelah
Syekh Ahmad Jauhari Umar menunaikan ibadah haji yang keempat kalinya
pada tahun 1997 bersama putera beliau HM Sholahuddin, Syekh Ahmad Jauhari Umar
diberi rezeki oleh Allah setiap hari Rp. 200.000 hingga tahun 2002. Kemudian
Syekh Ahmad Jauhari Umar berangkat haji yang ke lim akalinya bersama
dua isteri dan satu menantu beliau, Syekh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi
rezeki oleh Allah SWT sebanyak Rp. 300.000 sampai tahun 2003 M.
Di Pasuruan,
Syekh Ahmad Jauhari Umar mendirikan Pondok Pesantren tepatnya di Desa
Tanggulangin Kec. Kejayan Kab. Pasuruan yang diberi nama Pondok Pesantren Darussalam
Tegalrejo. Di desa tersebut Syekh Ahmad Jauhari Umar diberi tanah oleh H
Muhammad seluas 2.400 m2 kemudian H Muhammad dan putera beliau diberi tanah
oleh Syekh Ahmad Jauhari Umar seluas 4000m2 sebagai ganti tanah yang diberikan
dahulu.
Sejak saat
itu Syekh Ahmad Jauhari Umar mulai membangun masjid dan madrasah bersama
masyarakat pada tahun 1998. Namun sayangnya sampai empat tahun pembangunan
masjid tidak juga selesai. Akhirnya Syekh Ahmad Jauhari Umar memutuskan masjid
yang dibangun bersama masyarakat harus dirobohkan, demikian ini atas saran dan
fatwa dari KH. Hasan Asy’ari Mangli Magelang Jawa Tengah (Mbah Mangli –
almarhum), dan akhirnya Syekh Ahmad Jauhari Umar membangun masjid lagi bersama
santri pondok.
Alhamdulillah
dalam waktu 111 hari selesailah pembanginan masjid tingkat tanpa bantuan
masyarakat. Kemudian madrasah-madrasah yang dibangun bersama masyarakat juga
dirobohkan dan diganti dengan pembangunan pondok oleh santri-santri pondok
Maka
mulailah Syekh Ahmad Jauhari Umar mengajar mengaji dan mendidik anak-anak
santri yang datang dari luar daerah pasuruhan, hingga lama kelamaan santri
beliau menjadi banyak.
Pernah suatu
hari Syekh Ahmad Jauhari Umar mengalami peristiwa yang ajaib yaitu didatangi
oleh Syekh Abi Suja’ pengarang kitab Taqrib yang mendatangi beliau dan
memberikan kitab taqrib dengan sampul berwarna kuning, dan kitab tersebut masih
tersimpan hingga sekarang. Mulai saat itu banyak murid yang datang terlebih
dari Jawa Tengah yang kemudian banyak menjadi kiai dan ulama.
KISAH-KISAH
Sebenarnya,
Syekh Ahmad Jauhari Umar pernah menganut faham wahabi bahkan sampai menduduki
posisi wakil ketua Majlis Tarjih Wahabi Kaliwungu. Adapun beberapa hal yang
menyebabkan Syekh Ahmad Jauhari Umar pindah dari faham wahabi dan menganut
faham ahlussunah diantaranya adalah sebagai berikut :
- Beliau
pernah bermimpi bertemu dengan kakek beliau yaitu KH. Abdullah Sakin yang
wafat pada tahun 1918 M, beliau berwasiyat kepada Syekh Ahmad Jauhari Umar
bahwa yang benar adalah faham ahlussunah.
- Syekh
Ahmad Jauhari Umar pernah bertemu dengan KH. Yasin bin Ma’ruf Kedunglo
Kediri, pertemuan itu terjadi di warung/rumah makan Pondol Pesantren
Lirboyo Kediri yang berkata kepada Syekh Ahmad Jauhari Umar bahwa
Syekh Ahmad Jauhari Umar kelak akan menjadi seorang ulama yang banyak
tamunya. Dan ucapan KH. Yasin tersebut terbukti, beliau setiap hari
menerima banyak tamu.
- Syekh
Ahmad Jauhari Umar pernah berjumpa dengan Sayyid Ma’sum Badung Madura yang
memberi wasiyat bahwa kelak Syekh Ahmad Jauhari Umar banyak santrinya yang
berasal dari jauh. Dan hal itu juga terbukti.
- Syekh
Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan KH. Hamid Abdillah Pasuruan, beliau
berkata bahwa kelak Syaikh Ahmad Jauhari Umar akan dapat melaksanakan
ibadah haji dan menjadi ulama yang kaya. dan terbukti beliau
sampai ibadah haji sebanyak lima kali dan begitu juga para
putera beliau.
Hal
tersebutlah yang menyebabkan Syekh Ahmad Jauhari Umar menganut faham ahlussunah
karena beliau merasa heran dan ta’jub kepada para ulama ahlussunah seperti
tersebut di atas yang dapat mengetahui hal-hal rahasia ghaib dan ulama yang
demikian ini tidak dijumpainya pada ulama-ulama golongan wahabi.