Nasihat Ruhani Syekh Abdul Qodir Al-Jailani
Ikatlah kalbumu dengan hakmu yang menjadi esensi dan hakikat dirimu. Agar engkau dapat siap menyambut-Nya, bertawajuh kepada-Nya, dan selalu menjauhi semua dampak yang muncul dari diri serta nafsumu yang menghalangimu dari-Nya.
Para ulama dari dahulu kala tak henti hentinya mengingatkan kepada kita akan pentingnya mawas diri dan menyegerakan berbuat kebajikan dalam segala hal agar tidak terganggu waswas yang muncul dari diri sendiri yang merupakan sumber utama godaan syetan sehingga niat tetap terpelihara dan terlaksana dalam bentuk amalan sesuai syariat Islam seperti paparan dari Nasihat Ruhani Syekh Abdul Qodir Al-Jailani seorang mulia Wali Kutub, rajanya para wali berikut ini
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada penutup surah Ali Imran dalam Tafsir Al-Jailani mengatakan: “Wahai pengikut Muhammad yang selalu mengawasi (memperhatikan) limpahan kasyf, syuhud, yaqin dan turunnya ketenangan dan ketenteraman, hendaklah engkau bersabar atas segala musibah dan petaka yang menimpamu, serta membuatmu menyadari atas pelbagai cobaan dan ujian Ilahi. Karena semua itu akan mengokohkan pendirianmu di dalam tauhid, meluruskankan tekadmu dalam menempuh jalan fana, serta meningkatkan hasratmu dalam menggapai baqa`.
Ikatlah kalbumu dengan hakmu yang menjadi esensi dan hakikat dirimu. Agar engkau dapat siap menyambut-Nya, bertawajuh kepada-Nya, dan selalu menjauhi semua dampak yang muncul dari diri serta nafsumu yang menghalangimu dari-Nya. Ketahuilah bahwa semua itu tidak memiliki esensi apa-apa dalam pembuktian (at-tahqîq) dan pengukuhan (al-iqrâr), dengan segala yang muncul darinya. Karena semua itu adalah penampakan yang selalu berubah, bayangan-bayangan yang batil, dan kematian yang memusnahkan serta tidak memiliki wujud atau pengaruh apa pun, selain bahwa karena Wujud Hakiki (al-Wujûd al-Haqq) telah menjangkaunya dengan segala kesempurnaan-Nya.
Sehingga terpantullah darinya apa yang terpantul darinya. Berbagai pantulan dan bayangan pun muncul berpendar-pendar yang selalu baru, sebagai konsekuensi dari tajaliyat semua sifat dan asma Allah. Orang-orang yang terhijab (al-mahjûbûn) akan mengira bahwa semua itu adalah sesuatu yang terpisah-pisah. Padahal di saat dirasakan dan direnungkan hakikatnya, itu hanyalah salah satu tajali saja. Ya Allah, dengan kelembutan-Mu, anugerahilah kami rezeki berupa makrifat dan tauhid-Mu.
Engkau harus membersihkan hati kecilmu dari segala yang menyebabkan taklid dan dugaan-dugaan. Kau harus mengosongkan nuranimu dari segala yang menimbulkan keberbilangan. Agar dadamu lapang dan hatimu lega sehingga ia dapat menjadi tempat bagi Sulthân al-Wujûd yang merupakan mata air semua kesempurnaan dan kemurahan, kiblat bagi Sang Maha Mengadakan lagi Maha Ada, telaga al-haudh yang tak pernah kering dan maqam yang terpuji.
Jangan sampai engkau! Sungguh, jangan sampai engkau mengikuti jejak semua waswas yang muncul dari nafsumu! Karena ia adalah musuh bebunyutanmu yang paling bisa menyesatkanmu. Bahkan semua setanmu sebenarnya muncul darinya.
Oleh sebab itu, untuk menghindari godaannya, engkau harus berlindung dengan mengikuti bimbingan sempurna yang tidak lain adalah Al-Qur`an yang diturunkan dari hadirat Allah kepada sang Manusia Terbaik (Muhammad SAW) dan diperkuat oleh sang al-‘Alîm al-‘Allâm; untuk kemudian Dia memberi petunjuk kepada orang-orang yang sesat menuju tauhid yang benar, menghindarkan mereka dari setan si pembangkang, dan mengantarkan mereka ke kejernihan tajrîd (penyucian zahir-batin menggapai ridha-Nya) serta cahaya tafrîd (penguatan kesadaran keesaan Tuhan dari segala sesuatu selain-Nya), dengan taufik dari Allah serta tarikan Ilahi dari-Nya.
Ya Allah, ya Tuhan kami, dengan kelembutan dan kemurahan-Mu, tuntunlah kami kepada segala yang Kau sukai dan ridhai dan bimbinglah kami untuk menemukan kesejatian cinta hakiki limpahan indah cahaya makrifatMu dalam setiap gerak dan hela nafas hidup kami…” aamiin
* Nasihat Ruhani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailani, terjemahan dari Tim Markaz Al-Jailani